Manusia ada yang tinggi, pendek, mancung,
pesek, sipit, belok, rambut hitam, ikal lurus dan lain-lain. Ternyata di balik
semua itu manusia dibentuk melalui mekanisme yang sama jauh di dalam rahim
bunda tercinta. Berikut penjabaran tentang mekanisme pembentukan janin, mulai
dari penyatuan gamet yaitu fertilisasi sampai dilahirkannya janin. Zigot yang
terbentuk dari penyatuan gamet akan mengalami berbagai proses menakjubkan yang
akan membuat kita berseru akan kebesaran Tuhan. Selamat membaca!
Pengertian Janin
Janin atau embryo adalah makhluk
yang sedang dalam tingkat tumbuh dalam kandungan. Kandungan itu berada dalam
tubuh induk atau diluar tubuh induk (dalam telur). Tumbuh adalah perubahan dari
bentuk sederhana dan muda sampai bentuk yang komplek atau dewasa (Wildan yatim,
1990).
Sedangkan dalam Microsoft Encarta
2006 disebutkan bahwa janin merupakan suatu hewan bertulang belakang yang belum
lahir pada suatu fase dimana semua ciri struktural orang dewasa sudah dapat
dikenal, terutama keturunan manusia yang belum lahir setelah delapan minggu
pertumbuhan.
Proses Pembentukan Janin
Spermatogenesis dan Oogenesis
Peralihan dari bakal sel kelamin
yang aktif membelah ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan
struktur yang berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada
tubulus seminiferus dan diatur oleh hormone gonadotropin dan testosterone
(Wildan yatim, 1990).
Penjelasan lebih lanjut tentang
spermatogenesis dan Oogenesis dapat di baca pada artikel berikut.
Fertilisasi
Menurut Sri Sudarwati (1990)
fertilisasi merupakan proses peleburan dua macam gamet sehingga terbentuk suatu
individu baru dengan sifat genetic yang berasal dari kedua parentalnya.
Sedangkan menurut Wildan Yatim (1990) fertilisasi merupakan masuknya
spermatozoa kedalam ovum. Setelah spermatozoa masuk, ovum dapat tumbuh menjadi
individu baru.
Spermatozoa yang mengelilingi ovum
akan menghasilkan enzim hialuronidase, yaitu enzim yang memecah protoplasma
pelindung ovum agar dapat menembus ovum dengan sedikit lebih mudah. Enzim
tersebut merusak korona radiata dan memudahkan penembusan zona pellucida hanya
untuk satu sperma saja. Badan dan ekor sperma terpisah dari kepala segera
setelah masuk ke dalam ovum. Segera setelah kedua sel bersatu, kumparan kutub
kedua dalam inti (nukleus) ovum mengalami pembelahan meiosis kedua dan mampu
bersatu dengan inti sperma, sehingga terbentuk kromosom diploid (2n).
Fertilisasi dan
pembelahan (sumber, microsoft encharta)
Perkembangan Janin di Rahim
Pembelahan
Menurut yatim (1990:155) pada
manusia pembelahan terjadi secara holobastik tidak teratur. Dimana bidang dan
waktu tahap-tahap pembelahan tidak sama dan tidak serentak pada berbagai daerah
zigot. Awalnya zigot membelah menjadi 2 sel, kemudian terjadi tingkat 3 sel,
kemudian tingkat 4 sel, diteruskan tingkat 5 sel, 6 sel, 7 sel, 8 sel, dan
terus menerus hingga terbentuk balstomer yang terdiri dari 60-70 sel, berupa
gumpalan massif yang disebut morula.
Pembelahan atau segmentasi terjadi
setelah pembelahan. Zigot membelah berulang kali sampai terdiri dari berpuluh
sel kecil yang disebut blastomer. Pembelahan itu bias meliputi seluruh bagian,
bias pula hanya sebagian kecil zigot. Pembelahan ini terjadi secara mitosis.
Bidang yang ditempuh oleh arah pembelahan ketika zigot mengalami mitosis
terus-menerus menjadi banyak sel, disebut bidang pembelahan. Ada 4 macam bidang
pembelahan yaitu meridian, vertical, ekuator dan latitudinal
Blastulasi dan Nidasi
Setelah sel-sel morula mengalami
pembelahan terus-menerus maka akan terbentuk rongga di tengah. Rongga ini makin
lama makin besar dan berisi cairan. Embrio yang memiliki rongga disebut
blastula, rongganya disebut blastocoel, proses pembentukan blastula disebut
blastulasi.
Pembelahan hingga terbentuk blastula
ini terjadi di oviduk dan berlangsung selama 5 hari. Selanjutnya blastula akan
mengalir ke dalam uterus. Setelah memasuki uterus, mula-mula blastosis
terapung-apung di dalam lumen uteus. Kemudian, 6-7 hari setelah fertilisasi
embryo akan mengadakan pertautan dengan dinding uterus untuk dapat berkembang
ke tahap selanjutnya. Peristiwa terpautnya antara embryo pada endometrium
uterus disebut implantasi atau nidasi. Implantasi
ini telah lengkap pada 12 hari setelah fertilisasi (Yatim, 1990: 136)
Gastrulasi
Menurut Tenzer (2000:212) Setelah
tahap blastula selesai dilanjutkan dengan tahap gastrulasi. Gastrula
berlangsung pada hari ke 15. Tahap gastrula ini merupakan tahap atau stadium
paling kritis bagi embryo. Pada gastrulasi terjadi perkembangan embryo yang
dinamis karena terjadi perpindahan sel, perubahan bentuk sel dan
pengorganisasian embryo dalam suatu sistem sumbu. Kumpulan sel yang semula
terletak berjauhan, sekarang terletak cukup dekat untuk melakukan interkasi
yang bersifat merangsang dalam pembentukan sistem organ-organ tbuh. Gastrulasi
ini menghasilkan 3 lapisan lembaga yaitu laisan endoderm di sebelah dalam,
mesoderm disebelah tengah dan ectoderm di sebelah luar.
Dalam proses gastrulasi disamping
terus menerus terjadi pembelahan dan perbanyakan sel, terjadi pula berbagai
macam gerakan sel di dalam usaha mengatur dan menyusun sesuai dengan bentuk dan
susunan tubuh individu dari spesies yang bersangkutan.
Tubulasi
Tubulasi adalah pertumbuhan yang
mengiringi pembentukan gastrula atau disebut juga dengan pembumbungan.
Daerah-daerah bakal pembentuk alat atau ketiga lapis benih ectoderm, mesoderm
dan endoderm, menyusun diri sehingga berupa bumbung, berongga. Yang tidak
mengalami pembumbungan yaitu notochord, tetapi masif. Mengiringi proses
tubulasi terjadi proses differensiasi setempat pada tiap bumbung ketiga lapis
benih, yang pada pertumbuhan berikutnya akan menumbuhkan alat (organ) bentuk
definitif. Ketika tubulasi ectoderm saraf berlangsung, terjadi pula
differensiasi awal pada daerah-daerah bumbung itu, bagian depan tubuh menjadi
encephalon (otak) dan bagian belakang menjadi medulla spinalis bagi bumbung
neural (saraf). Pada bumbung endoderm terjadi differensiasi awal saluran atas
bagian depan, tengah dan belakang. Pada bumbung mesoderm terjadi differensiasi
awal untuk menumbuhkan otot rangka, bagian dermis kulit dan jaringan pengikat
lain, otot visera, rangka dan alat urogenitalia.
Organogenesis
Organogenesis atau morfogenesis
adalah embryo bentuk primitive yang berubah menjadi bentuk yang lebih
definitive dan memmiliki bentuk dan rupa yang spesifik dalam suatu spesies.
Organogensisi dimulai akhir minggu ke 3 dan berakhir pada akhir minggu ke 8.
Dengan berakhirnya organogenesis maka cirri-ciri eksternal dan system organ
utama sudah terbentuk yang selanjutnya embryo disebut fetus (Amy Tenzer,dkk,
2000)
Pada periode pertumbuhan antara atau
transisi terjadi transformasi dan differensiasi bagian-bagian tubuh embryo dari
bentuk primitive sehingga menjadi bentuk definitif. Pada periode ini embryo
akan memiliki bentuk yang khusus bagi suatu spesies. Pada periode pertumbuhan
akhir, penyelesaian secara halus bentuk definitive sehingga menjadi ciri suatu
individu. Pada periode ini embryo mengalami penyelesaian pertumbuhan jenis kelamin,
watak (karakter fisik dan psikis) serta wajah yang khusus bagi setiap individu.
Organogenesis pada bumbung-bumbung:
1. Bumbung epidermis
Menumbuhkan:
1. Lapisan epidermis kulit, dengan
derivatnya yang bertekstur (susunan kimia) tanduk: sisik, bulu, kuku, tanduk,
cula, taji.
2. Kelenjar-kelenjar kulit: kelenjar
minyak bulu, kelenjar peluh, kelenjar ludah, kelenjar lender, kelenjar air
mata.
3. Lensa mata, alat telinga dalam,
indra bau dan indra peraba.
4. Stomodeum menumbuhkan mulut, dengan
derivatnya seperti lapisan email gigi, kelenjar ludah dan indra pengecap.
5. Proctodeum menumbuhkan dubur bersama
kelenjarnya yang menghasilkan bau tajam.
6. Lapisan enamel gigi.
2. Bumbung endoderm
1. Lapisan epitel seluruh saluran
pencernaan mulai faring sampai rectum.
2. Kelenjar-kelenjar pencernaan
misalnya hepar, pancreas, serta kelenjar lender yang mengandung enzim dlam
esophagus, gaster dan intestium.
3. Lapisan epitel paru atau insang.
4. Kloaka yang menjadi muara ketiga
saluran: pembuangan (ureter), makanan (rectum), dan kelamin (ductus genitalis).
5. Lapisan epitel vagina, uretra,
vesika urinaria dan kelenjar-kelenjarnya.
3.Bumbung neural (saraf)
1. Otak dan sumsum tulang belakang.
2. Saraf tepi otak dan punggung.
3. Bagian persyarafan indra, seperti
mata, hidung dan kulit.
4. Chromatophore kulit dan alat-alat
tubuh yang berpigment.
4.Bumbung mesoderm
1. Otot:lurik, polos dan jantung.
2. Mesenkim yang dapat berdifferensiasi
menjadi berbagai macam sel dan jaringan.
3. Gonad, saluran serta
kelenjar-kelenjarnya.
4. Ginjal dan ureter.
5. Lapisan otot dan jaringan pengikat
(tunica muscularis, tunica adventitia, tunica musclarismucosa dan serosa)
berbagai saluran dalam tubh, seperti pencernaan, kelamin, trakea, bronchi, dan
pembuluh darah.
6. Lapisan rongga tubuh dan
selaput-selaput berbagai alat: plera, pericardium, peritoneum dan mesenterium.
7. Jaringan ikat dalam alat-alat
seperti hati, pancreas, kelenjar buntu.
8. Lapisan dentin, cementum dan
periodontum gigi, bersama pulpanya.
Pada minggu ke 5 embryo berukuran 8
mm. Pada saat ini otak berkembang sangat cepat sehingga kepala terlihat sangat
besar. Pada minggu ke 6 embrio berukuran 13 mm. Kepala masih lebih besar
daripada badan yang sudah mulai lurus, jari-jari mulai dibentuk. Pada minggu ke
7 embryo berukuran 18 mm, jari tangan dan kaki mulai dibentuk, badan mulai
memanjang dan lurus, genetalia eksterna belum dapat dibedakan. Setelah tahap
organogenesis selesai yaitu pada akhir minggu ke 8 maka embrio akan disebut
janin atau fetus dengan ukuran 30 mm.
b. Tahap Perkembangan
Fetus/Janin
Tahap
perkembangan janin dimulai pada bulan ke 3 sampai ke 10.
- Pada 6 bulan terakhir perkembanganmanusia digunakan untuk meningkatkan ukuran dan mematangkan organ-organ yang dibentuk pada 3 bulan pertama. Pada saat janin memasuki bulan ke 3, panjangnya 40 mm. Janin sudah mempunyai sistem organ seperti yang dipunyai oleh orang dewasa. Pada usia ini genitalnya belum dapat dibedakan antara jantan dan betina dan tampak seperti betina serta denyut jantung sudah dapat didengarkan.
- Pada bulan ke 4 ukuran janin 56 mm. Kepala masih dominan dibandingkan bagian badan, genitalia eksternal nampak berbeda. Pada minggu ke 16 semua organ vital sudah terbentuk. Pembesaran uterus sudah dapat dirasakan oleh ibu.
- Pada bulan ke 5 ukuran janin 112 mm, sedangkan akhir bulan ke 5 ukuran fetus mencapai 160 mm. Muka nampak seperti manusia dan rambut mulai nampak diseluruh tubuh (lanugo). Pada yang jantan testis mulai menempati tempat dimana ia akan turun ke dalam skrotum. Gerakan janin sudah dapat dirasakan oleh ibu. Paru-paru sudah selesai dibentuk tapi belum berfungsi.
- Pada bulan ke 6 ukuran tubuh sudah lebih proporsional tapi nampak kurus, organ internal sudah pada posisi normal.
- Pada bulan ke 7 janin nampak kurus, keriput dan berwarna merah. Skrotum berkembang dan testis mulai turun untuk masuk ke skrotum, hal ini selesai pada bulan ke 9. system saraf berkembang sehingga cukup untuk mengatur pergerakan fetus, jika dilahirkan 10% dapat bertahan hidup.
- Pada bulan ke 8 testis ada dalam skrotum dan tubuh mulai ditumbuhi lemak sehingga terlihat halus dan berisi. Berat badan mulai naik jika dilahirkan 70% dapat bertahan hidup.
- Pada bulan ke 9, janin lebih banyak tertutup lemak (vernix caseosa). Kuku mulai nampak pada ujung jari tangan dan kaki.
- Pada bulan ke 10, tubuh janin semakin besar maka ruang gerak menjadi berkurang dan lanugo mulai menghilang. Percabangn paru lengkap tapi tidak berfungsi sampai lahir. Induk mensuplai antibodi plasenta mulai regresi dan pembuluh darah palsenta juga mulai regresi.
Karakteristik Janin
Proses Terbentuknya janin
laki-laki dan perempuan
Proses terbentuknya janin laki-laki
dan perempuan dimulai dari deferensiasai gonad. Awalnya sel sperma yang
berkromosom Y akan berdeferensiasi awal menjadi organ jantan dan yang X menjadi
organ betina. Deferensiasi lanjut kromosom Y membentuk testis sedangkan
kromosom X membentuk ovarium. Proses deferensiasi menjadi testis dimulai dari
degenerasi cortex dari gonad dan medulla gonad membentuk tubulus semineferus.
Di celah tubulus sel mesenkim membentuk jaringan intertistial bersama sel
leydig. Sel leydig bersama dengan sel sertoli membentuk testosteron dan duktus
muller tp duktus muller berdegenerasi akibat adanya faktor anti duktus muller,
testosteron berdeferensiasi menjadi epididimis, vas deferent, vesikula seminlis
dan duktus mesonefros. Karena ada enzim 5 alfareduktase testosteron
berdeferensiasi menjadi dihidrotestosteron yang kemudian pada epitel uretra
terbentuk prostat dan bulbouretra. Selanjunya mengalami pembengkakan dan
terbentuk skrotum. Kemudian testis turun ke pelvis terus menuju ke skrotum.
Mula-mula testis berada di cekukan bakal skrotum saat skrotum mkin lmamakin
besar testis terpisah dari rongga pelvis.
Sedangkan kromosom X yang telah
mengalami deferensiasi lanjut kemudian pit primer berdegenerasi membentuk
medula yang terisi mesenkim dan pembuluh darah, epitel germinal menebal
membentuk sel folikel yang berkembang menjadi folikel telur. Deferensiasi gonad
jadi ovarium terjadi setelah beberapa hari defrensiasi testis. Di sini cortex
tumbuh membina ovarium sedangkan medula menciut. PGH dari placenta mendorong
pertumbuhan sel induk menjadi oogonia, lalu berplorifrasi menjadi oosit primer.
Pada perempuan duktus mesonefros degenerasi. Saat gonad yang berdeferensiasi
menjadi ovarium turun smpai rongga pelvis kemudian berpusing sekitar 450 letaknya menjadi melintang.
Penis dan klitoris awalnya
pertumbuhannya sama yaitu berupa invagina ectoderm. Klitoris sebenarnya
merupakan sebuh penis yang tidak berkembang secara sempurna. Pada laki-laki
evagina ectoderm berkembang bersama terbawanya sinus urogenitalis dari cloaca.
Pengeluaran Bayi
Kelahiran bayi dibagi dalam beberapa
tahap. Tahap pertama, proses persiapan persalinan. Dalam tahap ini terjadi
pembukaan (dilatasi) mulut rahim sampai penuh. Selanjutnya, tahap kedua adalah
kelahiran bayi yang keluar dengan selamat. Tahap ketiga, pengeluaran plasenta.
Tahap berikutnya adalah observasi terhadap ibu selama satu jam usai plasenta
keluar.
Tahapan yang pertama adalah
kontraksi. Ini biasanya fase paling lama. Pembukaan leher rahim (dilatasi) sampai
3 cm, juga disertai penipisan (effasi). Hal ini bisa terjadi dalam waktu
beberapa hari, bahkan beberapa minggu, tanpa kontraksi berarti (kurang dari
satu menit). Tapi pada sebagian orang mungkin saja terjadi hanya 2-6 jam (atau
juga sepanjang 24 jam) dengan kontraksi lebih jelas. Setelah itu leher rahim
akan semakin lebar.Umumnya fase ini lebih pendek dari fase sebelumnya,
berlangsung sekitar 2-3 jam. Kontraksi kuat terjadi sekitar 1 menit, polanya
lebih teratur dengan jarak 4-5 menit. Leher rahim membuka sampai 7 cm.
Secara umum dan normal, pembukaan
leher rahim akan terus meningkat dengan kontraksi yang makin kuat. Terjadi 2-3
menit sekali selama 1,5 menit dengan puncak kontraksi sangat kuat, sehingga ibu
merasa seolah-olah kontraksi terjadi terus-menerus tanpa ada jeda.
Pembukaan leher rahim dari 3 cm
sampai 10 cm terjadi sangat singkat, sekitar 15 menit sampai 1 jam. Saat ini
calon ibu akan merasakan tekanan sangat kuat di bagian bawah punggung. Begitu
pula tekanan pada anus disertai dorongan untuk mengejan. Ibu pun akan merasa
panas dan berkeringat dingin.
Posisi calon ibu saat melahirkan
turut membantu lancarnya persalinan. Posisi setengah duduk atau setengah
jongkok mungkin posisi terbaik karena posisi ini memanfaatkan gaya berat dan
menambah daya dorong ibu.
Pengeluaran plasenta
Rasa lelah ibu adalah hal yang
tersisa ketika bayi sudah keluar, tapi tugas belum berakhir. Plasenta yang
selama ini menunjang bayi untuk hidup dalam rahim harus dikeluarkan.
Mengerutnya rahim akan memisahkan
plasenta dari dinding rahim dan menggerakkannya turun ke bagian bawah rahim
atau ke vagina. Ibu hanya tinggal mendorongnya seperti halnya mengejan saat
mengeluarkan bayi. Hanya saja tenaga yang dikeluarkan tak sehebat proses
pengeluaran bayi. Apabila plasenta telah keluar, akan segera dijahit robekan
atau episiotomi sehingga kembali seperti semula.
Rujukan:
Corebima, AD. 1997. Genetika Kelamin. Surabaya: Airlangga University Press
Hamilton, W.J dkk. 1957. Human Embryology. Cambridge: W. Heffer % Sans Limited.
Moore, Keith L. 1988. The Developing Human. Canada: W.B Saunders Company.
Sudarwati, Sri.dkk. 1990. Dasar-Dasar Struktur dan Perkembangan Hewan. Bandung:
Penerbit ITB
Tenzer, A dkk. 2001. Petunjuk Praktikum Perkembangan Hewan. Malang: JICA UM
Malang.
Yatim, W. 1982. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito
Penerbit buku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar