Bakteri asam
laktat merupakan jenis bakteri yang mampu menghasilkan asam laktat, hidrogen
peroksida, antimikroba dan hasil metabolisme lain yang memberikan pengaruh
positif bagi produktivitas ternak. Bakteri asam laktat diisolasi untuk
menghasilkan antimikroba yang dapat digunakan sebagai probiotik.
Dalam isolasi
bakteri asam laktat, kegiatannya meliputi pengenceran, pemupukan, pemurnian,
pengayaan, dan penyimpanan bakteri asam laktat dalam gliserol stock. Media yang
digunakan adalah MRS (de Mann, Rogosa, Sharpe) baik dalam bentuk padat maupun
cair, media Mueller Hinton Agar s Trypticase Soy Broth (TSB). Untuk
menghasilkan antimikroba, dilakukan dengan menanam biakan bakteri (0,1 ml)
dalam 10 ml media TSB dan diinkubasi pada suhu 37°C selama waktu optimum.
Selanjutnya dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 600 rpm selama 15 menit
sehingga diperoleh filtrat yang digunakan dalam konfrontasi dengan abkteri
untuk menentukan dihasilkan atau tidaknya antimikroba.
Untuk mengetahui
bakteri penghasil substansi antimikroba dilakukan metode sumur agar (well
diffusion agar). Pada metode ini, bakteri yang mampu menghasilkan substansi
antimikroba akan melakukan penghambatan terhadap bakteri yang digunakan. Hal
ini ditunjukkan dengan adanya zona bening di sekitar sumur agar. Semakin besar
diameter zona bening di sekitar sumur menunjukkan aktivitas antimikroba yang
tinggi. Setelah mengetahui bakteri penghasil substansi antimikroba, maka perlu
dilakukan uji sensitifitas antimikroba terhadap enzim proteolitik (pepsin), pH,
dan suhu. Pengujian aktivitas antimikroba ini dilakukan dengan metode sumur
agar.
Untuk isolasi bakteri asam laktat penghasil antimikroba,
digunakan isolat bakteri asam laktat murni yang diperoleh dari isolat saluran
pencernaan hewan ternak. Setelah dilakukan konfrontasi isolat dan bakteri,
menunjukkan bahwa bakteri Salmonella sp. yang sensitif terhadap isolat
dibandingkan dengan bakteri uji yang lain.
Seleksi
berdasarkan kemampuan penghambatan, menunjukkan bahwa pada isolat nomor 7 dari feses
ayam (FA7), isolat nomor 3 dari feses sapi (FS3) dan isolat nomor 3 dari
saluran pencernaan ayam (RA3) mampu menghasilkan antimikroba dan menghambat Salmonella
sp. Hal ini diketahui dengan adanya zona bening di sekitar sumur. Dengan
diketahui aktivitas dari bakteri tersebut, dapat dilakukan uji sensitifitas
antimikroba dengan melakukan penambahan enzim proteolitik pada substansi
penghasil antimikroba. Penambahan enzim ini dapat menyebabkan aktivitas dari
bakteri tersebut berkurang dan bahkan tidak ada aktivitas. Substansi
antimikroba yang sensitif terhadap enzim proteolitik menunjukkan bahwa komponen
utama pada substansi antimikroba yang aktif merupakan protein. Substansi
protein yang dihasilkan oleh strain bakteri tertentu dan mempunyai kemampuan menghambat
bakteri lain dan sensitif terhadap enzim proteolitik disebut sebagai
antimikroba.
Setelah
dilakukan uji sensitifitas antimikroba terhadap enzim proteolitik, perlu
dilakukan uji sensitifitas antimikroba terhadap pH dan suhu. Dengan melakukan
uji ini dapat diketahui bahwa antimikroba yang dihasilkan memiliki aktivitas
optimum pada pH 6,5-7,0 dan paa suhu 35°C.
Isolasi bakteri
asam laktat dilakukan untuk menghasilkan antimikroba yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri. Dengan mengetahui aktivitas antimikroba terhadap bakteri
tertentu sangat penting peranannya dalam meningkatkan produksi ternak maupun
mencegah terkontminasinya produk-produk pertenakan oleh bakteri, khususnya
bakteri patogen yang berbahaya sehingga dapat menimbulkan penyakit baik pada hewan
ternak maupun pada manusia. Isolasi bakteri asam laktat yang mampu menghasilkan
antimikroba, dapat digunakan sebagai probiotik. Probiotik dapat meningkatkan
produktivitas ternak. Dengan memberikan probiotik sebagai suplemen dapat
mengambalikan keseimbangan bakteri (rasio antara bakteri patogen dan
nonpatogen) dalam saluran pencernaan ternak terutama dalam usus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar