Bacillariophyceae atau diatom terdapat lebih dari 250 marga dan
sekitar 100.000 spesies. Diatom merupakan mikroflora utama di lingkungan
yamg cukup sinar matahari untuk mempertahankan aktivitas. Diatom selain
bersifat kosmopolit juga memiliki laju pertumbuhan yang tinggi. Sebagi
misal pada perairan yang subur dan tidak tercemar kepadatan populasinya
dapat mencapai 2.000-10.000 sel per liter air.
Diatom mempunyai kelimpahan yang tinggi dan dapat ditemukan di
berbagai habitat misalnya tanah basah, dinding batu, karang terjal,
gambut dan kulit kayu. Juga dapat dilihat sebagai buih kuning di atas
lumpur pada selokan atau kolam. Berdasarkan
cara hidupnya diatom dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu
diatom bentos dan diatom plankton. Diatom bentos pada umumnya hidup
bercampur dengan lumpur atau menempel pada substrat di dasar perairan,
misalnya Cymbella, Gomphonema, Cocconeis, dan Eunotia.
Diatom plankton biasanya hidup melayang-layang bebas di perairan, baik
air tawar maupun air laut. Di air tawar diatom dapat ditemukan di
sungai, danau, kolam, rawa-rawa, dan ada juga yang bisa ditemukan di
perairan yang suhunya mencapai 45 0C. Beberapa diatom hidup sebagai epifit pada alga lain atau tanaman air.
Air merupakan hal yang penting untuk pertumbuhan dan peerkembangan,
serta diperlukan pada berbagai macam proses kehidupan diatom. Bila tidak
ada air, diatom tidak akan mampu bertahan hidup lebih lama dalam
keadaan aktif. Selain keberadaan air, ada beberapa faktor lingkungan
yang turut berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan diatom.
Faktor-faktor tersebut adalah cahaya, suhu, dan kandungan senyawa
organik.
Cahaya termasuk faktor penting yang ikut menentukan pertumbuhan dan
perkembangan diatom. Cahaya merupakan faktor esensial untuk
fotosintesisi. Diatom ada yang tidak peka terhadap intensitas cahaya.
Namun ada juga yag dalam proses metabolismenya memerlukan intensitas
cahaya tertentu. Untuk itu diperlukan cahaya yang sesuaai agar proses
tersebut bisa berjalan dengan baik.
Suhu habitat merupakan faktor yang mempengaruhi keberadaan diatom
dalam habitat. Tiap marga diatom memliki suhu optimum yang berbeda-beda.
Marga tertentu memerlukan suhu dengan kisaran tertentu pula untuk
proses metabolisme yang normal. Di atas dan di bawah kisaran suhu
optimum tersebut proses metabolisme tidak akan berlangsung dengan normal
atau bahkan akan mengalami kematian.
Faktor ketiga yag berpegaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
diatom adalah kandungan senyawa organik perairan. Jumlah senyawa organik
yang terlarut dalam perairan berpengaruh terhadap tingkat keasaman dan
kebasaan. Beberapa anggota diatom memerlukan pH di bawah 7,00 dan
kandungan kalsium (Ca) serta magnesium (Mg) yang rendah, misalnya Eunotia dan Frustulia.
Genus yang lain justru sebaliknya, menghindari air yang mengandung asam
dan konsentrasi kalsium dam magnesium yang sangat rendah, seperti Mastogoia, Diploneis, Amphipleura, Gysigma, Denticula, Ephitemia, dan Rhopalopoada.
Perubahan sedikit pada nilai pH dan senyawa organik perairan akan
mempengaruhi keberadaan diatom dalam perairan tersebut. Senyawa organik
bagi diatom berguna dalam pembentukan frustul, seperti sulfur dan
kalsium.
Peranan diatom sangat penting dalam ekosistem perairan karena
merupakan produsen dalam rantai makanan yakni sebagai penghasil bahan
organik dan oksigen. Pada ekosistem air tawar, diatom mengambil alih
peran flora lain khususnya Cyanophyta dan Chlorophyta.
Apabila tumbuhan renik ini mati, maka jatuh ke dasar laut, dan karena
mengandung silika, dinding selnya tidak akan hancur dan tetap lestari.
Endapan besar bahan ini, yang dikenal dengan tanah diatom, dijumpai di
banyak bagian permukaan bumi ini. Di tanah Amerika serikat, kumpulan
yang terbesar setebal 1.400 kaki (atau lebih dari lima puluh meter)
terdapat di California.
Karena tanah diatom ini secara kimiawi lembam dan memiliki
sifat-sifat fisika yang luar biasa, maka zat itu amat penting dan
bernilai bagi industri. Misalnya digunakan untuk bahan penyarigan, yang
secara luas digunakan untuk memisahkan zat berwarna dari produk-produk
seperti bensin dan gula. Karena bukan penghantar panas yang baik, maka
tanah diatom ini digunakan dalam pipa pemanas dan pipa uap. Juga karena
menyerap bunyi, bahan itu digunakan dalam alat pengedap suara. Selain
itu dimanfaatkan dalam pembuatan cat, pernis, piringan hitam, dan wadah
untuk kotak baterai. Karena kerasnya, juga dipakai dalam bahan peelicin
dan bahan pengampelas.
Susunan Tubuh diatom , gimana ya..?
Susunan tubuh diatom biasanya uniseluler dan mikroskopis. Walaupun
diantaranya ada yang berbentuk koloni. Struktur selnya berbeda dengan
jenis alga yang lain. Bentuk sel diatom sangat bermacam-macam dengan
bentuk dasar bilateral simetris (Pennales) dan radial (Centrales). Beberapa tampak seperti perahu, sedang yang lain seperti balok, cakram atau segitiga.
Koloni dari diatom bentuknya bermacam-macam, ada yang seperti benang, misal Chaetocceros dan Melusina; seperti batang, misal Tabellaria dan Asterionella.
Sel-sel ada yang mempunyai tanduk (horn) atau duri (spina) pada
ujung-ujungnya. Tanduk-tanduk duri ini berfungsi dalam pembentukan
koloni. Sedangkan sel yang tidak memiliki keduanya, koloni terbentuk
melalui penggabungan antar sel dengan bantuan bantalan gelatin.
Bentuk koloni antara jenis yang hidup di air laut dengan yang hidup
di air tawar berbeda. Jenis yang hidup di air laut, koloni tersusun di
dalam substansi gelatin, atau sel-sel terletak bebas dalam substansi
gelatin yang amorf. Jenis yang hidup di air tawar, koloni tersusun
secara bersambungan antara permukaan sel yang satu dengan permukaan sel
yang lain sebagai penghubung substansi gelatin. Gelatin makin menutup
seluruh permukaan sel dan mungkin juga hanya terbatas pada bulatan kecil
pada salah satu ujung dari masing-masing sel, misalnya pada Terpsinoe.
berikut beberapa gambar diatome:
Diatom dapat bergerak ???
Walaupun semua anggota kelas Baccillariophyceae tidak memiliki alat
gerak yang khusus, bukan berarti semua anggota kelas Baccillariophyceae
tidak dapat bergerak. Diatom pennate bergerak secara spontan. Bold &
Wynne (1980:465) menjelaskan bahwa pergerakan terjadi karena, pertama
adanya sekresi rantai mukopolisakarida. Zat ini dikeluarkan secara
terus-menerus sehingga menyebabkan sel bergerak, dan mampu pindah dari
satu tempat ke tempat lain. Kedua, adanya mekanisme kapilaritas yang
menimbulkan gerakan perlahan-lahan dari partikel-partikel di sepanjang
rafe. Ketiga, pergerakan diatom berkaitan erat dengan aliran sitoplasma
dalam sel dan keberadaan rafe pada dinding sel.
Menurut teori pergerakan siklolisis sitoplasma, ada aliran sitoplasma
dari bintil depan (nodus anterior) menuju bintil belakang (nodus
posterior). Mulai dari celah kutub belahan luar, aliran bergerak mundur
sepanjang permukaan luar (outer face) dari rafe dan mencapai daerah
sekitar bintil pusat (central nodule). Gerakan ini arahnya tegak
menembus dinding katub melalui saluran vertikal anterior. Bersamaan
dengan aliran tersebut terdapat aliran yang naik dari sitoplasma pada
saluran vertikal posterior dari bintil pusat dan aliran ini bergerak
mundur sepanjang belahan luar sampai celah kutub pada bintil kutub
posterior. Pada belahan dalam anterior dan belahan dalam posterior
terdapat pergantian gerakan aliran sitoplasma yang arahnya berlawanan
dengan yang ada pada belahan luar. Jadi dengan adanya mekanisme aliran
siklolisis sitoplasma tersebut menghasilkan perpindahan sel dari satu
tempat ke tempat lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar