3 Apr 2013

Diatom

Bacillariophyceae atau diatom terdapat lebih dari 250 marga dan sekitar 100.000 spesies. Diatom merupakan mikroflora utama di lingkungan yamg cukup sinar matahari untuk mempertahankan aktivitas. Diatom selain bersifat kosmopolit juga memiliki laju pertumbuhan yang tinggi. Sebagi misal pada perairan yang subur dan tidak tercemar kepadatan populasinya dapat mencapai 2.000-10.000 sel per liter air. 

Diatom mempunyai kelimpahan yang tinggi dan dapat ditemukan di berbagai habitat misalnya tanah basah, dinding batu, karang terjal, gambut dan kulit kayu. Juga dapat dilihat sebagai buih kuning di atas lumpur pada selokan atau kolam. Berdasarkan cara hidupnya diatom dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu diatom bentos dan diatom plankton. Diatom bentos pada umumnya hidup bercampur dengan lumpur atau menempel pada substrat di dasar perairan, misalnya Cymbella, Gomphonema, Cocconeis, dan Eunotia. Diatom plankton biasanya hidup melayang-layang bebas di perairan, baik air tawar maupun air laut. Di air tawar diatom dapat ditemukan di sungai, danau, kolam, rawa-rawa, dan ada juga yang bisa ditemukan di perairan yang suhunya mencapai 45 0C. Beberapa diatom hidup sebagai epifit pada alga lain atau tanaman air.

Air merupakan hal yang penting untuk pertumbuhan dan peerkembangan, serta diperlukan pada berbagai macam proses kehidupan diatom. Bila tidak ada air, diatom tidak akan mampu bertahan hidup lebih lama dalam keadaan aktif. Selain keberadaan air, ada beberapa faktor lingkungan yang turut berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan diatom. Faktor-faktor tersebut adalah cahaya, suhu, dan kandungan senyawa organik.

Cahaya termasuk faktor penting yang ikut menentukan pertumbuhan dan perkembangan diatom. Cahaya merupakan faktor esensial untuk fotosintesisi. Diatom ada yang tidak peka terhadap intensitas cahaya. Namun ada juga yag dalam proses metabolismenya memerlukan intensitas cahaya tertentu. Untuk itu diperlukan cahaya yang sesuaai agar proses tersebut bisa berjalan dengan baik.

Suhu habitat merupakan faktor yang mempengaruhi keberadaan diatom dalam habitat. Tiap marga diatom memliki suhu optimum yang berbeda-beda. Marga tertentu memerlukan suhu dengan kisaran tertentu pula untuk proses metabolisme yang normal. Di atas dan di bawah kisaran suhu optimum tersebut proses metabolisme tidak akan berlangsung dengan normal atau bahkan akan mengalami kematian.

Faktor ketiga yag berpegaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan diatom adalah kandungan senyawa organik perairan. Jumlah senyawa organik yang terlarut dalam perairan berpengaruh terhadap tingkat keasaman dan kebasaan. Beberapa anggota diatom memerlukan pH di bawah 7,00 dan kandungan kalsium (Ca) serta magnesium (Mg) yang rendah, misalnya Eunotia dan Frustulia. Genus yang lain justru sebaliknya, menghindari air yang mengandung asam dan konsentrasi kalsium dam magnesium yang sangat rendah, seperti Mastogoia, Diploneis, Amphipleura, Gysigma, Denticula, Ephitemia, dan Rhopalopoada. Perubahan sedikit pada nilai pH dan senyawa organik perairan akan mempengaruhi keberadaan diatom dalam perairan tersebut. Senyawa organik bagi diatom berguna dalam pembentukan frustul, seperti sulfur dan kalsium.

Peranan diatom sangat penting dalam ekosistem perairan karena merupakan produsen dalam rantai makanan yakni sebagai penghasil bahan organik dan oksigen. Pada ekosistem air tawar, diatom mengambil alih peran flora lain khususnya Cyanophyta dan Chlorophyta.

Apabila tumbuhan renik ini mati, maka jatuh ke dasar laut, dan karena mengandung silika, dinding selnya tidak akan hancur dan tetap lestari. Endapan besar bahan ini, yang dikenal dengan tanah diatom, dijumpai di banyak bagian permukaan bumi ini. Di tanah Amerika serikat, kumpulan yang terbesar setebal 1.400 kaki (atau lebih dari lima puluh meter) terdapat di California.

Karena tanah diatom ini secara kimiawi lembam dan memiliki sifat-sifat fisika yang luar biasa, maka zat itu amat penting dan bernilai bagi industri. Misalnya digunakan untuk bahan penyarigan, yang secara luas digunakan untuk memisahkan zat berwarna dari produk-produk seperti bensin dan gula. Karena bukan penghantar panas yang baik, maka tanah diatom ini digunakan dalam pipa pemanas dan pipa uap. Juga karena menyerap bunyi, bahan itu digunakan dalam alat pengedap suara. Selain itu dimanfaatkan dalam pembuatan cat, pernis, piringan hitam, dan wadah untuk kotak baterai. Karena kerasnya, juga dipakai dalam bahan peelicin dan bahan pengampelas.

 Susunan Tubuh diatom , gimana ya..?
Susunan tubuh diatom biasanya uniseluler dan mikroskopis. Walaupun diantaranya ada yang berbentuk koloni. Struktur selnya berbeda dengan jenis alga yang lain. Bentuk sel diatom sangat bermacam-macam dengan bentuk dasar bilateral simetris (Pennales) dan radial (Centrales). Beberapa tampak seperti perahu, sedang yang lain seperti balok, cakram atau segitiga.

Koloni dari diatom bentuknya bermacam-macam, ada yang seperti benang, misal Chaetocceros dan Melusina; seperti batang, misal Tabellaria dan Asterionella. Sel-sel ada yang mempunyai tanduk (horn) atau duri (spina) pada ujung-ujungnya. Tanduk-tanduk duri ini berfungsi dalam pembentukan koloni. Sedangkan sel yang tidak memiliki keduanya, koloni terbentuk melalui penggabungan antar sel dengan bantuan bantalan gelatin.

Bentuk koloni antara jenis yang hidup di air laut dengan yang hidup di air tawar berbeda. Jenis yang hidup di air laut, koloni tersusun di dalam substansi gelatin, atau sel-sel terletak bebas dalam substansi gelatin yang amorf. Jenis yang hidup di air tawar, koloni tersusun secara bersambungan antara permukaan sel yang satu dengan permukaan sel yang lain sebagai penghubung substansi gelatin. Gelatin makin menutup seluruh permukaan sel dan mungkin juga hanya terbatas pada bulatan kecil pada salah satu ujung dari masing-masing sel, misalnya pada Terpsinoe.

berikut beberapa gambar diatome:



Diatom dapat bergerak ???
Walaupun semua anggota kelas Baccillariophyceae tidak memiliki alat gerak yang khusus, bukan berarti semua anggota kelas Baccillariophyceae tidak dapat bergerak. Diatom pennate bergerak secara spontan. Bold & Wynne (1980:465) menjelaskan bahwa pergerakan terjadi karena, pertama adanya sekresi rantai mukopolisakarida. Zat ini dikeluarkan secara terus-menerus sehingga menyebabkan sel bergerak, dan mampu pindah dari satu tempat ke tempat lain. Kedua, adanya mekanisme kapilaritas yang menimbulkan gerakan perlahan-lahan dari partikel-partikel di sepanjang rafe. Ketiga, pergerakan diatom berkaitan erat dengan aliran sitoplasma dalam sel dan keberadaan rafe pada dinding sel.

Menurut teori pergerakan siklolisis sitoplasma, ada aliran sitoplasma dari bintil depan (nodus anterior) menuju bintil belakang (nodus posterior). Mulai dari celah kutub belahan luar, aliran bergerak mundur sepanjang permukaan luar (outer face) dari rafe dan mencapai daerah sekitar bintil pusat (central nodule). Gerakan ini arahnya tegak menembus dinding katub melalui saluran vertikal anterior. Bersamaan dengan aliran tersebut terdapat aliran yang naik dari sitoplasma pada saluran vertikal posterior dari bintil pusat dan aliran ini bergerak mundur sepanjang belahan luar sampai celah kutub pada bintil kutub posterior. Pada belahan dalam anterior dan belahan dalam posterior terdapat pergantian gerakan aliran sitoplasma yang arahnya berlawanan dengan yang ada pada belahan luar. Jadi dengan adanya mekanisme aliran siklolisis sitoplasma tersebut menghasilkan perpindahan sel dari satu tempat ke tempat lain.


Tidak ada komentar:

Copyright by Iqbal Ali. Diberdayakan oleh Blogger.