Sering ketika kita ke pantai, menjumpai tumbuhan mirip rumput, ada
juga yang mirip dedaunan panjang tapi warnanya coklat dan hidup di
pantai yang basah. itulah ganggang coklat atau Phaeophyta.
Ciri-cirinya
Phaeophyta, atau ganggang coklat, biasanya dicirikan oleh tiga sifat
yaitu: (1) Adanya pigmen coklat, yaitu fukoxantin, yang menutupi warna
hijau pigmen fotosintesisnya, klorofil a dan c; (2) Hasil fotosintesis
terhimpun dalam bentuk laminarin (diberi nama menurut marga Laminaria);
dan (3) Adanya sebuah flagel cambuk dan pada gamet jantan berflagel
dua, satu-satunya bagian yang dapat bergerak dalam daur hidupnya,
flagel-flagel itu keluar dari sisi sel.
Sedangkan susunan tubuhnya….
Sedangkan susunan tubuhnya….
Pada umumnya Phaeophyceae memiliki tingkat labih tinggi secara
morfologi dan anatomi diferensiasinya dibandingkan keseluruhan alga.
Tidak ada bentuk yang berupa sel tunggal atau koloni (filamen tidak
bercabang). Susunan tubuh yang paling sederhana adalah filamen
heterotrikus. Struktur talus yang paling kompleks dapat dijumpai pada
alga pirang yang tergolong kelompok (Nereocystis, Makrocystis,
Sargassum). Pada alga terdapat diferensiasi eksternal yang dapat
dibandingkan dengan tumbuhan berpembuluh. Talus pada alga ini mempunyai
pelekat menyerupai akar., dan dari alat pelekat ini tumbuh bagian yang
tegak dengan bentuk sederhana atau bercabang seperti pohon dengan cabang
yang menyerupai daun dengan gelembung udara.
- Walaupun ganggang coklat ini mempunyai organisasi badaniyah yang
lebih kompleks daripada ganggang lain, tetapi tumbuhan ini bukan
merupakan tumbuhan yang telah berhasil berkolonisasi pada lahan kering.
Alasan kesimpulan ini ialah bahwa kombinasi pigmen-pigmen fotosintesis,
sifat cadangan karbohidratnya dan pembentukan flagel pada tahap-tahap
perkembangbiakannya berbeda dengan yang dijumpai pada kelompok tumbuhan
darat manapun. (Loveless, 1989)
LaminariaEctocarpusSargassumHabitatPhaeophyceae pada umumnya hidup dilaut, hanya beberapa jenis saja yang hidup di air tawar dan anggota-anggotanya berkisar dari yang berfilamen bercabang sederhana sampai gulma laut yang kompleks, seperti Sargassum, yang kerumitan organisasinya melebihi ganggang-ganggang lain, dan tentu saja melebihi juga banyak tumbuhan darat.Sebagian besar Phaeophyceae merupakan unsur utama yang menyusun vegetasi alga di lautan Arktik dan Antartika, tetapi beberapa marga sepeti Dictyota, Sargassum, dan Turbinaria merupakan alga yang khas untuk lautan daerah tropis.PerkembangbiakanReproduksi dapat dilakukan secara vegetatif, sporik, dan gametik.
- Reproduksi Vegetatif
Reproduksi vegetatif umumya dilakukan dengan fragmentasi talus.
- Reproduksi Sporik
Semua anggota dari Phaeophyceae kecuali anggota dari bangsa fucales
melakukan reproduksi secara sporik dengan zoospora atau aplanospora yang
masing-masing tidak berdinding. Zoospora dibentuk dalam sporangium
bersel tunggal (unilokular) atau bersel banyak (Plurilokular).
Perkembangan dari sporangia yang unilokular dimulai dengan
membesarnya sel terminal dari cabang yang pendek. Pada sporangia
terdapat inti tunggal yang mengalami pembelahan meiosis diikuti dengan
pembelahan mitosis. Ketika pembelahan inti berhenti, terjadilah celah
yang membagi protoplas menjadi protoplas berinti tunggal. Masing-masing
protoplas mengalami meteamorfose menjadi zoospora. Alat reproduksi yang
plurilokular juga terbentuk dari sel terminal dari cabangnya. Sel ini
mengadakan pembelahan tranversal berulang-ulang sehingga terbentuk
sederetan sel yang terdiri dari 6-12 sel. Pembelahan sel secara vertikal
dimulai dari sel yang letaknya di tengah.
- Reproduksi Gametik
Reproduksi gametik dilakukan secara isogami, anisogami, dan oogami.
Gamet biasanya dibentuk dalam gametamia yang prolikuler atau yang
unilokuler pada gametofit. Zigot yang terbentuk tidak mengalami masa
istirahat dan langsung membentuk sporofit setelah lepas dari gametofit.
Pada beberapa bangsa seperti laminariales reproduksinya secara oogami.
Anteredium bersifat prolikuler misalnya pada Dictyota dan unilokuler pada Laminaria. Pada phaeophyceae terdapat tiga tipe daur hidup:
- Tipe isomorfik, fase sporofit dan ganetofit morfologinya identik
- Tipe heteroorfik, sporofit dan gametofit morfologinya berbeda
- Tipe diplontik
Daur Hidup
Pada Phaeophyceae terdapat tiga tipe daur hidup:
Tipe Isomorfik
Pada tipe ini gametofit dan sporofit mempunyai bentuk dan ukuran yang relative sama satu samalain.
Contoh: Ectocarpales, Dictyotales.
Ectocarpales mempunyai pergantian keturuan yang isomorf dan mempunyai
tubuh yang berbentuk filament yang bercabang membentuk jaringan
pseudoparenkimatik. Sporofit mengeluarkan zoospora dan dan spora netral,
sedang gametofit membentuk gamet yang isogami dan anisogami.
Daur hidup Ectocarpus, menurut Sabithah (1999) adalah sebagai berikut:
Tipe Heteromorfik
Pada tipe ini, sporofit berkembang dengan baik dan berukuran
makroskopik, sedang gametofitnya berukuran mikroskopik. Berbentuk
filamen yang hanya terdiri dari beberapa sel saja. Misalnya, anggota
yang tergolong dalam bangsa laminariales.
Anggota dari bangsa laminariales mempunyai pergantian keturunan yang
heteromorfik dengan sporofit yang selalu lebih besar dari pada
gametofitnya yang ukurannya selalu mikroskopik. Dari marga ke marga
gametofik ini identik satu sama lainnya, sehingga yang tampak di
lapangan adalah sporofitnya. Pengetahuan yang menyangkut gametofik dari
ganggang ini diperoleh dengan menggunakan kultur yang dimulai dari
zoospora yang dikeluarkan oleh sporanya yang unilokular.
Pada umumnya merupakan jenis yang tahunan. Sporofit terbagi menjadi
alat pelekat, tangkai dan helaian. Alat pelekat umumnya merupakan
cabang-cabang yang dikotom, disebut haptera. Tangkai tidak bertangkai, silindris
atau agak memipih, di ujung tangkai ini terdapat helaian yang utuh atau
terbagi vertikal menjadi beberapa segmen. Tangkai terdiri dari medulla (bagian tengah) dan korteks (bagian tepi) dikelilingi selapis sel menyerupai epidermis.
Sporofit mempunyai sporangia yang unilokular dan terdapat pada beberapa helaian. Sporangia berbentuk gada.
Inti dari sporangia muda mula-mula membelah secara meiosis (reduksi)
yang diikuti oleh pembelahan mitosis sampai terbentuk 32-64 inti.
Protoplas terbagi menjadi protoplas yang masing-masing berinti tunggal
dan mengadakan metamorphose menjadi zoospora. Setelah berenang beberapa
lama zoospora membulat membentuk dinding dan kemudian membentuk buluh
kecambah serta tumbuh menjadi gametofit yang berbentuk filamen yang
terdiri dari beberapa sel. Pada Laminaria saccharina, penentuan
jenis kelamin gametofit terjadi pada saat terjadi pembelahan reduksi,
separuh dari zoospora membentuk gametofit jantan, sedang separuhnya lagi
membentuk gametofit betina. Gametofit jantan dan betina, keduanya
membentuk alat kelamin setelah gametofit mencapai panjang 2-3 sel.
Terjadinya pembuahan tergantung pada suhu. Gametofit membentuk banyak
sekali anteredia pada ujung cabang-cabangnya. Masing-masing anteredium
hanya terdiri dari satu sel, protoplasnya hanya akan membentuk
lanterozoid. Oogonium hanya akan membentuk satu sel telur. Sel telur
menonjol keluar, tetapi tetap melekat pada lubang di ujung dinding
oogonium. Anterozoid berenang menuju sel telur dan bersatu lalu diikuti
dengan persatuan inti. Dari zigot yang terbentuk, akan tumbuh menjadi
sporofit yang diploid. Bentuk dari sporofit sangat berbeda dengan
gametofitnya.
Tipe Diplontik
Tipe ini tidak menunjukkan adanya pergantian keturunan. Siklus
hidupnya bersifat diplontik. Fase haploid hanya terdapat pada gametnya.
Comtoh: Fucales.
Di antara jenis-jenis Phaeophyceae, golongan Fucales ini adalah unik,
karena tidak mempunyai keturunan yang membentuk spora. Disini hanya ada
satu keturunan yaitu tubuh yang diploid, dengan demikian tidak
mempunyai pergantian keturunan. Meiosis terjadi sebelum gametogenesis,
jadi yang bersifat haploid hanya gametnya. Adapula yang menganggap
keturunan yang diploid tadi sebagai sporofit dan spora yang dihasilkan
sporangianya akan berfungsi sebagi gamet. Gamet jantan (anterozoid)
berflagela dua buah yang letaknya di bagian lateral. Gamet dibentuk
dalam anteredium, gamet betina berupa sel telur yang dibentuk dalam
oogonium. Jadi perkembangbiakannya secara oogami. Anteredium atau
oogonium dibentuk dalam konsep takel. Pada umunya terkumpul dalam satu
cabang yang menggelembung, cabang-cabang ini disebut reseptakel.
Bangsa ini terdiri dari tiga suku; yaitu Fucaeae, Cystoseiraceae, dan Sargasseaceae.
Sebelum terjadi pembuahan, banyak anterozoid mengelilingi sel telur.
Pada ganggang ini terbentuk 8 sel telur. Biasanya hanya satu anterozoid
yang masuk ke dalam sel telur. Dalam waktu satu jam kedua inti melebur
dan terjadilah inti yang diploid. Zigot segera membentuk dinding yang
berlendir dan dapat melekat pada substrat. Zigot kemudian membentuk
tonjolan yang akan menjadi rizoid, hingga menunjukkan adanya polaritas.
Faktor luar sepeti cahaya, temperatur, PH, dan adanya zat pengatur di
dalam sel telur merupakan faktor perangsang bagi terjadinya polaritas.
Karena adanya cadangan makanan yang cukup di dalam sel telur, maka
mula-mula pertumbuhan embrio cepat, tetapi pertumbuhan menjadi lambat
karena tergantung pada fotosintesa. Tubuh yang terbentuk bersifat
diploid dan pembelahan reduksi terjadi waktu gametogenesis. Jadi daur
hidupnya bersifat diplontik.
semoga bermanfaat….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar