Setelah iseng membaca artikel tentang lingkungan, saya jadi teringat
ketika beberapa kali saya bersama teman-teman melakukan ekspedisi
asal-asalan. Salah satunya yang masih begitu saya ingat adalah ketika
pembubaran kontrakan. Jadi kami sekontrakan (yang kami beri nama alfa
C@mp.) malakukan ekspedisi-ekspedisian ke pulau sempu. Hanya berbekal
cerita dari teman yang pernah berkunjung ke pulau itu serta uang kas
kontrakan yang masih tersisa, kami berdelapan menyusun rencana. Awalnya
kami hendak berangkat ke sempu dengan menumpang mobil sewaan, namun hal
tersebut segera kami anulir setelah tahu mahalnya harga sewa mobil
apalagi kami berencana menginap di sempu tidak hanya sekedar mampir.
Akhirnya kami sepakat untuk berangkat dengan 4 sepeda motor,
masing-maisng berboncengan dengan bergantian mengemudi.
Persiapan di mulai, tugas dibagi-bagi. kompor, dandang, sleeping bag
serta tentu saja tenda telah disiapkan. kamipun berangkat selepas dzuhur
dari kontrakan kami di tengah kota malang.
Perjalanan memakan waktu 4 jam 30 menit, maklum karena memang kami belum
pernah kesana sebelumnya. Sampai di sana kami segera mengurus ijin
untuk masuk ke pulau sempu, di kantor jagawana (penjaga hutan) yang
berada di pantai sendang biru (terpisah dari pulau sempu) kami banyak
mendapatkan pengarahan serta ‘petuah’ dari sang petugas. Menjelang
magrib, kami baru naik perahu kecil nelayan menuju pulau sempu. Tepat
adzan magrib perahu yang kami tumpangi tepat bersandar di pantai pulau
sempu. Keadaan air laut yang sedang surut memaksa perahu untuk berhenti
agak jauh dari daratan sehingga kami terpaksa berjalan melewati air
sepinggang dengan menenteng segala perlengapan yang ternyata cukup
banyak itu. Hal ini karena kami berubah pikiran. Kami memutuskan untuk
tinggal di pulau tersebut selama seminggu……cukup nekad memang, sehingga
kami membeli beberapa KG lagi beras, minyak tanah dan tentu saja
beberapa ikan segar yang memang dijual murah disana.
Sampai di pantai segera kami menggelar tikar dan solat berjamaah
(sholat Combo Magrib dan isya) setelah sebelumnya berwudlu dengan air
laut. SubahanaALLAH kawan….. suasana sholat berjamaah di tepi pulau tak
berpenghuni dan hanya di terangi nyala lampu badai, kami benar-benar
merasakan betapa kuasanya Allah SWT. Di atas kami tak terlihat bulan,
sehingga ribuan bintang terpampang jelas seakan sengaja ditabur di atas
langit2 kamar. Di depan kami laut yang airnya hitam berkilau memantulkan
cahaya lampu beberapa perahu nelayan dan ujung menara masjid di pantai
sendang biru di seberang. Di belakang kami hutan, gelap sama sekali tak
ada cahaya. Dan di bawah kami, pasir putih lembut dan bersih. Sekali
lagi kami berucap SubhaAllah, Maha suci Allah dengan segala ciptaanNYA
Malam pertama kami lalui di pinggir pulau sempu, kami tidak mungkin
melanjutkan perjalanan ke tengah pulau saat malam, terlalu beresiko….
belum lagi barang bawaan yang cukup berat. Setelah makan malam dengan
ikan tuna bakar kecap yang di bumbui sekenanya yang telah kami beli di
pantai sendang biru, kami segera mendirikan tenda dan segera tidur.
menunggu datangnya esok pagi.
——>ooo<——
Bangun sebelum subuh, kamipun mendirikan sholat tahajud, kali ini
sendiri-sendiri tak berjamaah, karena memang bangunnya tidak bersamaan.
saya jadi teringat ketika bangun solat malam di perbukitan di kota batu,
saat itu udara begitu dingin menusuk, tapi disini, udaranya cukup
hangat dan benar-benar terasa kekhusyukan ibadah. MasyaAllah.
Setelah solat subuh kami segera membereskan tenda dan barang bawaan,
seidikit saja terang kami segera masuk ke hutan menuju segara anakan
yang ada di sisi yang lain pulau sempu. Untuk menuju tempat itu kami
berbekal secarik peta coretan bapak jagawana kemarin, bergegas kami
menuju tempat tersebut, kami tidak mau ketinggalan pesona segara anakan
di pagi hari yang telah kondang di elu-elukan teman2 yang pernah
mengunjunginya.
satu jam perjalan, akhirnya kami telah sampai di segara anakan.
Langkah kami terhenti ketika melihat pantai ‘segara anakan’ dari anggel
sempit tepat setelah kami keluar dari hutan. Kami meneriakkan takbir
sejadi-jadinya. indah nian tak terjamah, ALLAHU AKBAR!. Kami berlari
seperti anak kecil berebutan mengepung penjual eskrim keliling.
Sungguh luar biasa tempat ini, sebuah pantai dangkal yang terkurung
bukit karang. di sebela pojok terdapat lubang besar menganga, dari
lubang tersebut berdebur ombak laut selatan yang terkenal ganas itu.
Menyembul dari bawah menimbulkan warna putih buih di antara air pantai
yang buri kehujauan. Di sebalah kanan lubang itu terhampar tebing karang
yang curam, mungkin kemiringannya 90 derajat, tak banyak tumbuh pohon
di sana, sehingga terkesan galak dengan warnanya yang hitam legam, di
sebelah kiri lubang, karangnya cukup landai, beberapa pohon tumbuh di
sana. Pantai ini, airnya sangat dingin, pasirnya halus sekali, lebih
halus dari tempat kami menginap semalam. Di belakang kami, di
peninggiran hutan, tampak beberapa kelompok monyet macaca, mereka
terlihat waspada pada kedatangan kami.
Rencana awal untuk langsung mendirikan tendapun terlupa sudah, kami
serta-merta mandi berenang-renang, snorkling, bermain pasir. Setelah
sejam lebih kami puas bermain, barulah mendirikan tenda,memasak, sholat
dhuha dan sedikit tadabur alam dari salah satu teman. setelah itu tidur,
menguapkan lelah setelah perjalanan……
ini baru hari pertama, masih banyak cerita mengagumkan pada hari-hari selanjutnya……SEMPU ISLAND!
tunggu postingan berikutnya>…….!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar