Petualangan kami di pulau sempu berlanjut. Hari ini hari pertama kami
di pulau sempu, setelah puas bermain di pantai segara anakan dan tidur
siang (hehe), kami mencari logistik dan segala macam keperluan untuk
tenda kami. Sebagian mencari ranting untuk api unggun, yang lain mencari
sumber air air tawar, karena persediaan air minum kami perkirakan hanya
tinggal sehari-semalam saja. Sisanya berjaga di tenda menyipkan yang
bisa disiapkan dan menjaga tenda agar aman dari serangan macaca. Jam 1
kami berangkat dan jam 3 kami kembali. Hasilnya, kayu bakar cukup banyak
yang bisa dikumpulkan, setidaknya kayu-kayu itu bisa untuk api unggun
semalaman. Tapi, kelompokku yang mendapatkan tugas mencari sumber air
tawar hasilnya nol besar. Selama mencari
selama lebih dari 2 jam, kami tidak menemukan air tawar sama sekali.
Kami telah mencoba mencari kedalam hutan dan menyusuri bibir pantai,
namun hasilnya tetap nihil. Kekhawatiran mulai menyusup pada pikiran
kami, kami khawatir akan kehabisan air dan terpaksa pulang cepat—–
tidaaak—– padahal kami masih sangat ingin menikmati indahnya pulau sempu
ini.
Karena waktu mulai senja, akhirnya kami putuskan untuk pencarian air
tawar dilanjutkan esok hari. Setelah usai menegakkan sholat asar
berjamaah, tiba-tiba suatu peristiwa yang sangat berkesan bagi saya
terjadi. Terasa getaran yang menderu dari balik tebing, tebing karang
ini tepat berada di belakang tenda yang kami dirikan sehingga kami
terlindung dari angin. Semakin lama semakin keras dan sekarang terasa
seolah seperti gempa bumi, dan tiba-tiba BYUUUUUUURRRRR>>>>
ombak super besar menghempas tebing karang dan muncratannya berjatuhan
seperti air terjun, ke atas tenda kami. Entah berapa ratus meter kubik
air yang tumpah, padahal tingi tebing tersebut kira-kira 15an meter.
Tenda kami yang semula tegak langsung reot dan barang-barang kami basah
semua. SubhanaAllah, sungguh luar biasa kuasa ALLAH. Kami semua
tertegun, sungguh, karang yang semula hitam kering kerontang tak ada
pohon, kini menjadi air terjun yang deras walaupun hanya sesaat. Setelah
kejadian itu kami memutuskan untuk memindahkan tenda lebih dekat ke
laut untuk menghindari kejadian yang sama.
Malam datang, kami saling tertawa membicarakan kejadian sore tadi.
Sekitar pukul 9 malam, aku bertemu dua orang nelayan setempat yang
datang kapada kami untuk meminjam korek api. Selesai menyulut rokoknya,
kami pun berbincang. Dalam sekejap aku sudah tahu bahwa mereka datang ke
segara anakan ini untuk mencari teripang. Mereka mengatakan bahwa akan
mulai mencari teripang setelah cukup malam dan air sudah surut maksimal.
Sekitar pukul 10 malam, air sudah surut, saya memutuskan untuk turut
bersama mereka mencari teripang. Allahu Akbar, kawan….. sungguh
pemandangan alam laut yang sangat indah, tinggi air di pantai segara
anakan ini hanya sebatas mata kaki, sedikit lebih dalam. Terlihat jelas
ikan-ikan karang berwarna biru dan loreng, berada di genangan-genang
air. Aku juga menemukan beberapa anemon laut yang brgerak-gerak malas.
Rasanya seperti melihat tayangan di film Discovery chanel
tentang dunia bawah laut. Dan yang paling berkesan buatku yaitu ketika
tiba-tiba seekor ikan karang kecil berwarna merah dan putih menyembul
dari balik terumbu karang. “Nemo-nemo…!” teriakku, teringat film
finding nemo yang mengisahkan seekor ikan karang seperti yang baru saja
kulihat.
Setelah hampir satu jam kami berkeliling mencari holoturoidea -nama
ilmiah dari teripang- kami berkumpul kembali, aku hanya mendapat
beberapa ekor saja, tapi kedua nelayan tadi sudah memenuhi timba yang ia
bawa dengan teripang. Mereka mohon diri untuk pulang, aku pun
melanjutkan ritual harian yang selalu kukerjakan setiap malam, tak
pernah absen—TIDUR.
Eit, malam ini tidak selesai sampai di situ. entah jam berapa,
perkiraan ku sekitar jam 2 sampai jam 3 dini hari, hanya terdengar suara
desiran angin laut. Lalu samar-samar terdengan seperti deru mesin
diesel truk tronton dan tiba-tiba….. BYUUAARRRRRRRR……..! lagi-lagi
deburan ombak raksasa menghantam dinding tebing karang, walaupun air
muncratan ombak tidak sampai ke tenda kami, tapi rupanya ombak kali ini
jauh lebih besar. Dini hari yang mengesankan, karena kami harus
berjingkat-jingkat menyelamatkan pakaian dan selimut dari sungai dadakan
yang melewati tinda kami. Kejadian tersebut menelan korban, dua buah
sleeping bag basah kuyup sehingga kami tidak dapat melanjutkan tidur di
tenda lagi, setidaknnya untuk malam ini. Aku berseru dalam hati,
seandainya saat ombak itu datang kami sedang berada di atas perahu, apa
yang terjadi tak dapat kubayangkan…….
Gelombang Laut Selatan, Sungguh hebat tak tertangguhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar