Pantai Ngeliyep, 6-6-2010. Dini hari, pukul 01.30
Aku duduk sendiri menghadap laut, ditengah malam begini memang tidak
ada objek lain selain debur ombak. Saat ini adalah giliranku untuk piket
jaga, setelah semalam tiba dipantai ngeliyep, kami bersembilan
bergantian jaga, menjaga teman-teman yang lain yang sedang beristirahat.
Berantian lagu-lagu instrument kitaro aku putar melalui music player di HP aku, Silk Road, Implora, Koi, The Elegance of Phacebel, sungguh menjadikan tugas jaga malam ini menjadi lebih syahdu. Terjaga sendirian ditengah malam, gelap disekitar, menghadap pantai, menghirup angin laut dan mendesah “subhanallah”. Sungguh ini bukanlah suasana yang bisa aku nikmati setiap saat.
Kesyahduan malam ini kemudian mengingatkan aku pada kesibukan kemarin siang sampai kami berangkat ke pantai ngeliyep ini. Siang mulai jam 9.00 samapai 13.00 aku masih di kota malang mengikuti ujian seleksi mahasiswa baru pasca sarjana UM, kemudian sore harinya aku harus mengajar di bimbel INDIGO, hari yang padat dan cukup melelahkan mengingat jarak antara kota malang dengan rumahku harus ditempuh sekitar satu jam perjalanan. Hari yang cukup sibuk dan melelahkan, yah seperti hari-hari lainnya yang menghiasi hidupku akhir-akhir ini.
Namun malam ini keadaannya berbeda, aku dapat melupakan sejenak rutinitas, melepas lelah, Mengagung-agungkan Allah melalui ciptaan-ciptannya, dan merenungi betapa kecilnya aku dihadapan luas lautan, apalagi dihadapan sang pencipta lautan.
Keberadaanku di pantai ngeliyep kali ini, sebagai kegiatan tadabur alam bersama 8 teman sepengajianku. Acara ini sendiri merupakan bagian dari program pengajian kami. Jam 16.30 kami berangkat dari gondanglegi (kabupaten Malang) dan transit 3 kali, yaitu ketika sholat magrip, isya’ dan satu lagi transit di tepi jalan. Setiap kali kami transit, salah satu anggota kelompok memberikan taujih, memberikan materi yang telah ditugaskan sebelumnya, Dilanjutkan dengan diskusi kecil tentang agama dan kehidupan, tentang bagaimana kita bersyukur atas karunia Allah.
—
Space TE (salah satu lagu instrument kitaro), kali ini berkumandang cukup energic, itulah lagu terakhir di play listku, menandakan tugas jagaku segera berakhir dan akan digantikan oleh yang lain. Pukul 02.15 tepatnya. Sebelum membangunkan sahabat yang bertugas berikutnya, aku putuskan untuk mendirikan sholat tahajut terlebih dahulu.
Sholat malam kali ini, menghadap kiblat yang sama (ya iyyalaah ), surat-surat pendek yang kubacapun masih seperti biasanya, namun tempat dan suasana yang berbeda benar-benar memberikan ‘rasa’ yang istimewa pada sholat malam kali ini. Diiringi gemuruh debur ombak laut yang mulai pasang, setiap tarikan takbir serasa sangat istimewa, setiap lenguhan doa, terasa lebih dalam tertancap di dada. Apalagi saat selesai sholat berdoa sambil memandang ke atas, bertabur jutaan bintang yang seakan mengamini setiap doa kita.
“subhanallah”. Satu ayat al-quran yang pantas
menggambarkan suasana ini
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (Ar-Rahmaan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar